Ekonomi

by - Juli 05, 2017

Kata "ekonomi" merupakan kata serapan dari bahasa Yunani Kuno οἰκονόμος yang bermakna "pengelolaan rumah tangga".[1] Kata ini merupakan gabungan dari dua kata, yaitu οἶκος ("rumah") and νέμω ("pengelolaan; distribusi").[1] Kata ini tercatat pertama kali digunakan pada karya yang dibuat oleh sebuah gereja pada tahun 1440 untuk menggambarkan sistem pengelolaan atau administrasi.[1] Makna ekonomi yang banyak digunakan saat ini, yaitu ekonomi sebagai sebuah sistem yang digunakan di sebuah negara atau wilayah, baru berkembang pada abad ke-19 atau ke-20.[1]

Cakupan[sunting | sunting sumber]

Ilmu ekonomi[sunting | sunting sumber]

Ekonomi banyak dibahas dalam sebuah ilmu khusus yang dikenal dengan nama ilmu ekonomi, yang di dalamnya mencakup sosiologisejarahantropologi, dan geografi. Beberapa bagian ekonomi yang berupa ilmu terapan seperti produksidistribusiperdagangan, dan konsumsi juga dibahas dalam ilmu lain seperti ilmu teknikmanajemenadministrasi bisnissains terapan, dan keuangan. Ada banyak sektor dalam ekonomi, yang kemudian dikelompokkan menjadi tiga sektor utama yaitu sektor primer, sektor sekunder, dan, dan sektor tersier.

Sektor tradisional: primer, sekunder, tersier[sunting | sunting sumber]

Peta yang menunjukkan Produk Domestik Regional Bruto per kapita provinsi-provinsi Indonesia pada tahun 2008 atas harga berlaku. PDRB per kapita provinsi Kalimantan Timur mencapai Rp.100 juta manakala PDRB per kapita MalukuMaluku Utara, dan Nusa Tenggara Timur kurang dari Rp.5 juta.
  Lebih dari Rp.100 juta
  Rp.50 juta ++ - Rp.100 juta
  Rp.40 juta ++ - Rp.50 juta
  Rp.30 juta ++ - Rp.40 juta
  Rp.20 juta ++ - Rp.30 juta
  Rp.10 juta ++ - Rp.20 juta
  Rp.5 juta ++ - Rp.10 juta
  Kurang dari Rp.5 juta
Termasuk dalam sektor primer adalah sektor-sektor yang memanfaatkan langsung sumber dari daya alam, termasuk di dalamnya pertanian, perhutanan, perikanan, dan pertambangan.[2] Beberapa industri manufaktur yang proses produksinya erat dengan sumber daya alam juga seringkali dikategorikan sebagai industri di sektor ini, antara lain industri di bidang pengepakan, penyulingan, atau pengumpulan sumber daya alam.[2] Sektor ini biasanya merupakan sektor utama, dan berkontribusi paling besar di perekonomian negara-negara berkembang.[2] Namun, terdapat penurunan jumlah pekerja yang beroperasi di sektor ini, baik di negara maju maupun negara berkembang.[2] Di Amerika Serikat, tenaga kerja di sektor ini hanya mencakup sekitar 3% dari total tenaga kerja.[2]
Dari sektor primer, bahan mentah diolah oleh sektor sekunder, yaitu sektor-sektor yang memproduksi, dan menciptakan produk akhir yang siap dikonsumsi, antara lain sektor produksi, dan konstruksi.[2]Sektor ini biasanya dibagi menjadi dua kategori, yaitu industri ringan dan industri berat. Industri di sektor ini biasanya menggunakan energi yang sangat besar untuk beroperasi serta menghasilkan limbah yang juga besar, menyebabkan timbulnya masalah lingkungan atau polusi. Negara-negara dengan sektor sekunder besar disebut sebagai negara industri, antara lain RRTAmerika SerikatJepangJerman, dan Russia.
Berbeda dengan sektor primer, dan sektor tersier yang menciptakan produk berbentuk, sektor tersier adalah sektor jasa yang menciptakan produk tak berbentuk berupa layanan kepada konsumennya.[2]Pelaku sektor tersier menawarkan pengetahuan dan waktunya untuk meningkatkan produktivitas, kinjera, dan potensi di sektor-sektor lain.[2] Produknya antara lain diberikan dalam bentuk perhatian, saran, akses, pengalaman, dan diskusi.[2]

Sektor quaterner dan quiner[sunting | sunting sumber]

Selain tiga sektor di atas, berkembang pula dua sektor baru yang disebut sebagai sektor quaterner, dan quiner. Sektor quaterner merupakan cabang dari sektor tersier yang fokus pada pelaksanaan aktivitas-aktivitas intelektual. Termasuk di dalamnya sektor pemerintahan, budaya, kepustakaan, riset ilmiah, edukasi, dan informasi. Sementara itu, sektor quiner memiliki fokus yang lebih dalam lagi, yaitu pada sektor-sektor di sektor quaterner yang menjadi pengambil keputusan utama dalam sebuah masyarakat.

Sejarah[sunting | sunting sumber]

Masa kuno[sunting | sunting sumber]

Ekonomi ada sejak manusia menciptakan, memasok, serta mendistribusikan barang atau jasa. Sebagian besar kegiatan perekonomian kala itu berbasis pada produk-produk pertanian. Satuan unit shekel misalnya, berawal dari satuan yang digunakan untuk mengukur berat jelai. Satuan ini kemudian dimanfaatkan untuk mengukur berat logam mulia seperti emas, perak, dan tembaga. Proses transaksi pun berlangsung sederhana, biasanya terjadi antara dua atau lebih orang yang berhubungan sosial secara langsung. Sistem barter masih banyak digunakan.
Seiring dengan berkembangnya masyarakat, sistem ekonomi yang digunakan semakin kompleks. Masyarakat Sumeria, misalnya, mengembangkan ekonomi skala besar berbasis uang komoditas. Di tempat lain, bangsa Babilonia dan negara-kota di sekitarnya mengembangkan sistem utang-piutang, kontrak legal, dan hukum yang berkaitan dengan praktik bisnis serta properti pribadi.[3] Sistem yang dikembangkan bangsa Babilonia ini sudah maju, dan mendekati sistem moderen yang digunakan pada masa kini.[4]

Abad pertengahan[sunting | sunting sumber]

Wabah Kematian Hitam yang menyerang Eropa pada Abad Pertengahan mengakibatkan perubahan besar pada sistem ekonomi.
Sama seperti pada masa kuno, pada abad pertengahan kegiatan ekonomi juga masih berputar pada perdagangan di bidang pertanian, dan barang-barang pokok, serta terjadi dalam kelompok sosial tertutup.[5] Namun, beberapa perkembangan terjadi, antara lain munculnya kelompok-kelompok yang memberi modal bagi individu atau kelompok lain, terutama untuk bidang pelayaran, dan pengembangan wilayah kekuasaan.[5] Modal ini nantinya harus dikembalikan dalam bentuk penjualan barang yang didapatkan dari negara jajahan.[5] Proses peminjaman, dan penggantian uang ini berujung pada perintisan bank, dan munculnya ekonomi global.[5] Perdagangan saham juga mulai dikenal, khususnya setelah tahun 1513 setelah pasar saham pertama di dunia dibuka di Antwerpen.[5]
Pada abad ini, uang yang digunakan sudah berbentuk koin logam, khususnya di wilayah Eropa, dan sekitarnya.[5] Jenis logam yang digunakan mempengaruhi nilai uang tersebut, yang paling populer adalah tembaga, perak, dan emas.[5] Namun, mata uang yang digunakan kala itu sangat beragam, dan semuanya berbeda-beda baik dalam segi bentuk, ukuran, berat, karat, dan cetakannya.[5] Namun seiring dengan meningkatnya jumlah transaksi finansial, dan berkembangnya perdagangan, perlahan mulai terjadi keseragaman dalam koin-koin logam ini, dan memungkinkan terjadinya perdagangan antar-wilayah.[5]

You May Also Like

0 komentar